TIRTA EMPUL
Pura Tirta Empul merupakan sebuah pura air Hindu Bali yang terletak di dekat desa Tampaksiring, Gianyar Bali, Indonesia. Kompleks candi terdiri dari petirtaan atau bangunan pemandian yang terkenal dengan mata air sucinya, tempat umat Hindu Bali pergi untuk ritual penyucian. Kolam pura Tirta Empul ini memiliki mata air yang mengeluarkan air tawar secara teratur, yang oleh umat Hindu Bali dianggap sebagai air suci atau amritha. Tirta Empul berarti Mata Air Suci . Pura Tirta Empul ini memiliki kekuatan magis bagi mereka yang percaya akan keberadaannya. Di sana Anda bisa melakukan penyucian diri dengan berendam di air suci sambil membersihkan diri. Tetapi Anda harus mengikuti proses awal pemurnian. Sebelum Anda memasuki air suci, Anda harus meletakkan sesaji di tempat yang telah disediakan. Ini bertujuan untuk meminta izin, kepada Tuhan yang ada di tempat ini. Setelah itu kamu bisa memulainya dari semburan air yang nomor 2 di paling kiri ke kanan di paling akhir.
Akan tetapi untuk melakukan ritual ini, sangat di perhatikan bagi kaum wanita yang sedang datang bulan untuk tidak memasuki area ini karena akan mengotori area penglukatan atau pembersihan diri dan dapat menyebabkan kesialan bagi mereka yang mengabaikan aturan tersebut.
Tapi ada 2 buah air yang tidak boleh anda lakukan pemurnian. Hal tersebut dikarenakan, 2 buah air memiliki makna pembersihan khusus, bagi mereka yang telah menerima upacara kematian keluarga atau upacara yadya dalam agama Hindu. jika Anda melakukan pemurnian di sana, maka Anda lebih baik mengulangi prosesnya dari awal, untuk kebaikan Anda.
Pura Tirta Empul didirikan di sekitar mata air besar pada tahun 962 M selama dinasti Warmadewa (abad ke-10-14). Nama pura tersebut berasal dari sumber air tanah bernama “Tirta Empul”. Mata air tersebut adalah sumber dari sungai Pakerisan . Pura ini dibagi menjadi tiga bagian: Jaba Pura (halaman depan), Jaba Tengah (halaman tengah) dan Jeroan (halaman dalam). Jaba Tengah memiliki 2 kolam dengan 30 pancuran yang diberi nama: Pengelukatan, Pebersihan dan Sudamala dan Pancuran Cetik (racun).
Kuil ini didedikasikan untuk Wisnu, nama dewa Hindu lainnya untuk kesadaran tertinggi Narayana. Di sebuah bukit yang menghadap ke kuil, sebuah vila modern dibangun untuk kunjungan Presiden Sukarno pada tahun 1954. Saat ini vila tersebut merupakan rumah peristirahatan.